Lombok Timur, IndepthNTB – Dinas Kesehatan (Dinkes) Lombok Timur menggencarkan aktivasi Posyandu di seluruh wilayahnya guna mendeteksi dan mencegah kasus stunting serta gizi buruk pada balita. Langkah ini diambil untuk mencapai target kehadiran 100% balita di Posyandu, sebagai upaya percepatan penurunan angka stunting.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinkes Lotim, Dr. H. Pathurrahman, usai Gerakan Aktifkan Posyandu di Desa Korleko Selatan, Kecamatan Labuhan Haji, Rabu (18/6/24).
"Target kehadiran di Posyandu harus 100%. Jika sasaran 100 anak, maka semuanya harus hadir. Saat ini, kami masih di bawah target, sehingga semua pihak diajak bekerja sama," tegas Pathurrahman.
Bagi balita yang tidak hadir, Dinkes Lotim akan melakukan sweeping bersama Puskesmas setempat. "Kami khawatir yang tidak datang justru yang berisiko stunting," ujarnya.
Pathurrahman menekankan bahwa penanganan stunting tidak hanya tanggung jawab sektor kesehatan, melainkan memerlukan dukungan multisektor, seperti PUPR untuk sanitasi dan air bersih, sesuai Permendagri No. 13 Tahun 2024.
"Di Posyandu, tidak hanya kesehatan yang bergerak. Semua sektor harus terlibat. Masalah stunting harus diatasi secara holistik," jelasnya.
Ia juga memuji kinerja Desa Korleko Selatan yang berhasil menurunkan angka stunting dari 34 anak (2024) menjadi 23 anak (2025). Kepala Desa Korleko Selatan, Sirojudin, memaparkan bahwa desanya memiliki 6 Posyandu aktif yang memberikan makanan tambahan (PMT) untuk 557 sasaran, termasuk balita stunting, ibu hamil, dan lansia.
Suhendra Anggaranto, Pembina Posyandu dari TP PKK Lotim, menyatakan bahwa Posyandu kini bertransformasi menjadi Pos Pelayanan Terpadu (PosGA) dan Posyandu SMART, yang tidak hanya melayani balita dan ibu hamil, tetapi juga seluruh siklus hidup.
"Posyandu kini lebih sinergis dan terintegrasi, mencakup pendidikan, infrastruktur, hingga ketertiban. Kami harap ini menjadi pusat edukasi dan deteksi dini stunting," papar Suhendra.
Meski kunjungan Posyandu meningkat signifikan mencapai 79,4% pada April 2025, TP PKK Lotim mencatat masih ada 21% balita yang belum terpantau.
"Ini menjadi perhatian serius. Kami terus dorong keaktifan Posyandu sebagai garda terdepan pencegahan stunting," tegasnya.
Dengan pendekatan kolaboratif ini, Pemkab Lotim berkomitmen menekan stunting secara menyeluruh demi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.