Program MBG Belum Merata di Lotim, Terkendala Ahli Gizi

Koordinator MBG Lombok Timur, Agamawan

Lombok Timur, IndepthNTB – Pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) masih belum berjalan maksimal setelah delapan bulan diluncurkan. Program andalan Presiden Prabowo yang pertama kali dimulai di Kecamatan Sakra pada Januari 2025 itu belum dapat dinikmati oleh banyak sekolah di wilayah Gumi Patuh Karya.

Kendala utama yang menghambat pemerataan program ini adalah kekurangan tenaga ahli gizi. Hal ini secara langsung mempengaruhi tempo pembangunan dapur-dapur MBG yang menjadi tulang punggung distribusi makanan bergizi bagi siswa.

Koordinator Wilayah MBG Lotim, Agamawan, atau yang akrab disapa Wawan, mengungkapkan data yang memperlihatkan ketertinggalan ini. Dari total 159 dapur MBG yang ditargetkan untuk dibangun guna melayani sekolah-sekolah di 21 kecamatan, hingga saat ini baru 62 dapur yang berhasil terbentuk.

“Kita masih terkendala dengan tenaga ahli gizi,” ucap Wawan, menegaskan akar permasalahannya.

Keberadaan ahli gizi, yang direkrut melalui Badan Gizi Nasional (BGN), disebutkannya memegang peran yang sangat krusial. Para ahli inilah yang bertugas memastikan setiap hidangan yang disajikan kepada para siswa memenuhi standar gizi yang telah ditetapkan.

“Peran ahli gizi ini sangat penting untuk memastikan standar gizi makanan yang disajikan kepada para siswa terpenuhi,” tegasnya.

Menu Mengutamakan Bahan Lokal dengan Standar Tetap

Wawan menjelaskan bahwa meski mitra pelaksana di setiap dapur berbeda-beda, yang menyebabkan variasi menu, semua hidangan tetap mengutamakan bahan-bahan lokal. Siklus menu diulang setiap dua minggu sekali dengan standar gizi yang mutlak mengikuti ketentuan dari ahli gizi.

“Standar gizinya tetap ditentukan oleh ahli gizi. Terkadang menu juga disesuaikan dengan permintaan anak-anak, tetapi yang utama harus memenuhi standar gizi,” sebutnya.

Ia menambahkan pentingnya edukasi kepada sekolah dan siswa mengenai perbedaan antara makanan yang enak dan makanan yang sehat. Menu MBG dirancang dengan standar kesehatan, yang mungkin memiliki rasa dan penyajian berbeda dari makanan rumahan.

“Kita harus bisa membedakan mana makanan enak dan sehat. Yang namanya makan sehat itu tidak selalu tentang rasa. Menu MBG ini tidak sama dengan menu di rumah masing-masing,” jelas Agamawan.

Di sisi lain, Wawan menyoroti kesejahteraan para pekerja dapur MBG. Ia menegaskan bahwa seluruh pekerja, termasuk ahli gizi, telah terakomodir dalam program BPJS Ketenagakerjaan. Saat ini, sekitar 15 hingga 16 dapur MBG pekerjanya sudah tercakup dalam jaminan sosial tersebut, selain juga menerima gaji yang dinilai cukup baik.

“Setiap ada calon pekerja baru langsung diarahkan untuk mendaftar. Di setiap dapur ada 47 pekerja yang direkrut oleh Mitra, termasuk di dalamnya ada ahli gizi,” tandasnya.

Dengan demikian, upaya percepatan pembangunan dapur dan rekruitmen ahli gizi menjadi kunci utama untuk menyukseskan program MBG agar dapat dinikmati secara merata oleh semua siswa di Lombok Timur.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama